“PSIKOLOGI BELAJAR”
Dosen Pengampu Mata Kuliyah: PROF DR. H. Muhammad Taufik
SAIFUL
RIZAL :1501010101
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
(FITK)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Memahami Konsep Dasar Belajar” dengan tepat waktu. Tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah(Psikologi Belajar)yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah ( psikologi Belajar) dan
dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah ini dianjurkan untuk
dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah pendidikan islam indonesia.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Mataram, 23 Oktober
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................
1
A.
Latar
Belakang......................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah....................................................................
1
C.
Tujuan......................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN......................................................................
2
A. Pengertian Belajar............................................................ 2
B.
Teori-Teori
Belajar........................................................... 4
C.
Ciri-Ciri Belajar.............................................................. 12
BAB III PENUTUP..............................................................................16
Kesimpulan........................................................................................
16
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri,
peserta didik memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan
di lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia
teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.
Pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan di sekolah maupun pendidikan
luar sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta
model apa pun harus benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif dicirikan
antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan
secara optimal tiga dimensi pembelajaran sebagai proses, produk dan sikap.
Dimensi proses pembelajaran menuntut guru untuk melibatkan peserta didik secara
aktif kedalam kegiatan-kegiatan dalam upaya memperoleh hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian atau konsep dari belajar?
2. Bagaimana
ciri-ciri belajar?
3. Bagaimana
Teori belajar?
C. TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan
makalah ini adalah agar lebih mengerti apa itu konsep,ciri-ciri,serta Teori
dari belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat.
Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak
asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan
mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar
mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang
hari, sore hari atau pagi hari.
Namun, dari semua itu tidak setiap
orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang
dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya
dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak
melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
Beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai berikut:
1.
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.
Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang di
manifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan,
sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
3.
Belajar adalah di perolehnya kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan, dan sikap baru.
4.
Belajar adalah proses munculnya atau berubahnya suatu
perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.
5.
Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman.[1]
Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar ajar artinya
petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian
belajar mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman.[2]
Biggs mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu rumusan
kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam
rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak
lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran
umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini
dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya
adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik
pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau
nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif
adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta
cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk
memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa.[3]
Menurut Syai’ful Bahri
Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut
kognitif, afektif dan psikomotorik.[4]
Di bawah ini
disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
1. Moh.
Surya “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
2. Bell-Gredler belajar
adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies,
skills, and attitude. Kemampuan (competencies),
keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh
secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui
rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
3. Witherington:
“Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai
pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan dan kecakapan”.
4. Crow
& Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan
sikap baru”.
5. Hilgard:
“Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau
berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6. Di
Vesta dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap
sebagai hasil dari pengalaman”.
7. Gage
& Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang
muncul karena pengalaman”
Belajar dilakukan
dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru, dengan bantuan
orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan sebagai
usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi.Berbagai definisi
(rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya
sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya
belajar dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan
untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah
laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.[5]
B. a. Teori Belajar
Menurut Kerlinger dalam Sugiyono dan Hariyanto, teori merupakan sebuah
konsep atau definisi yang menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu dari
sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan cara
menghubungkan berbagai variabel yang ada didalamnya.[6]
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar
terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam
memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan
pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan
proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.[7]
Teori-teori belajar yang dikembangkan beberapa tokoh telah mengalami
tingkat perkembangan yang sangat pesat. Masing-masing tokoh memiliki dasar dan
sudut pandang yang berbeda sesui dengan latar belakang keilmuannya.Banyaknya
teori belajar dan pembelajaran tersebut secara garis besar terbagi tiga
kelompok besar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan
teori belajar humanistik. Pengelompokkan teori-teori belajar tersebut lebih
menekankan perbedaan pada sudut pandang tejadinya proses belajar pada individu.[8]
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu
bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. di dalam masa perkembangan
psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan,
masing-masing yaitu:
1. Psikologi behavioristik
2. Psikologi kognitif
3. Psikologi humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan diatas tumbuh dan berkembang secara
beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan
aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar, yaitu:
a. Teori-teori belajar
dari psikologi behavioristik
b. Teori-teori belajar
dari psikologi kognitif
c. Teori-teori belajar
dari psikologi humanistik
a) Teori-teori
belajar psikologi Behavioristik, kognitif, dan humanistis
1. Teori-teori
belajar psikologi behavioristik
Teori ini disebut juga dengan Teori ilmu jiwa tingkah laku dikarenakan
teori ini mengamati tingkah laku seseorang, atau makhluk hidup yang menjadi
objek dari pembelajaran psikologi, teori ini dilatar belakangi oleh;[9]
1. Akibat memuncaknya
perkembangan ilmu pasti alam dan industrialisasi di Amerika.
2. Hasil penyelidikan
Ivan Pavlov, seorang bangsa Rusia, tentang psikologi Refleks.
3. Adanya dua aliran
yang bertentangan di Amerika, yaitu Strukturalisme dan Functionalisme.
4. Filsafat
Fragmatisme (William James) yang populer di Amerika pula.
Teori belajar psikologi
behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering
disebut “contemporary behaviorist” atau juga disebut “S-R psikologists”. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward)
atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral
dengan stimulasinya.[10]
Guru-guru yang menganut
pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan
reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan
bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis
kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement)
trhadap tingkah laku tersebut.
Kelemahan Teori Behavioristik, antara lain;
a) Proses belajar itu
dapat di amati secara langsung padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak
dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya.
b) Proses
belajar itu bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan
mesin dan robot. Padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan dan
mengendalikan diri yang bersifat kognitif.
Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan
itu sangat sulit di terima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik
dan psikis antara manusia dan hewan.
2. Teori-teori
belajar Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini
berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward”
dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran
kogniifis menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan
pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi
kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung
kepada “insight”terhadap hubungan-hubungan yang ada didalam suatu
situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka member
tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus didalam lingkungan serta pada
factor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.[11]
3. Teori-teori
belajar dari psikologi Humanistis
Psikologi humanistis
yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan
perhatian siswa.
Tujuan utama para
pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu utuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantunya dalm mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
Dari ketiga teori belajar,teori humanistik inilah yang paling
abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori
ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia
keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik.
b) Perkembangan
psikologi behavioristik, psikologi kognitif dan psikologi humanistis
1. Teori-teori
yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik
Psikologi aliran
behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang
di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing
telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga
mengenai hal belajar.[12]
Pada mulanya,
pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari
Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike“connectionism” karena
belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi anatara stimulus dan
respon. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”, individu
yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and error” dalam
rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan
teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang
antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
Ciri-ciri
belajar dengan “trial and error” yaitu :
a. Ada
motif pendorong aktivitas;
b. Ada
berbagai respon terhadap situasi;
c. Ada
eliminasi respon-respon yang gagal / salah; dan
d. Ada
kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penelitiannya itu,
Thorndike menemukan hukum-hukum yaitu :[13]
1) Law of readiness ; jika
reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi
itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2) Law of exercise; makin
banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat
hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan reward.
3) Law of effect; bilamana
terjadi hubungan stimulus dan respon, dan dibarengi dengan “state of
affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat.
Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang menggangu,
maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Sementara Thorndike
mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov itu (1849-1936) juga
menghasilkan teori belajar yang disebut “classical conditioning” atau“stimulus
substitution”. Teori Pavlov dari percobaan laboratories terhadap
anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi
reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson
(1878-1958) adalah orang pertama di Amerika serikat yang mengembangkan
teori-teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat,
bahwa belajar merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau respon-respon
bersyarat melalui pengganti. Menurut Watson, manusia berupa takut, cinta dan
marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus
respon baru melalui conditioning. [14]
E.R. Guhtrie
(1886-1959) memperluas pertemuan Watson tentang belajar. Ia mengemukakan
prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang
berbunyi ; suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan,
cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul
kembali. Dengan kata lain, jika anda mengajarkan sesuatu dalam situasi
tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengajarkan hal
serupa lagi.
Menurut skinner’s ia
menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai factor
terpenting dalam proses belajar. Skinner’s berpendapat bahwa tujuan psikologi
adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Skinner’s membagi dua
jenis respon dalam proses belajar, yakni :
a) Respondents :
respon yang terjadi karena stimulus khusus, misalnya Pavlov.
b) Operants :
respon yang terjadi karena situasi random
2. Teori-teori
pertumbuhan belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif
mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar “gestalt”. Psikologi
gestalt yang menekankan bahasan masalah konfigurasi, stuktur dan pemetaan dalam
pengalaman. Kaum Gestaltis berpendapat, bahwa pengalaman itu
berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Suatu konsep yang penting
dalam psikologi gestalt adalah tentang insight yaitu
pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian didalam
suatu situasi didalam permasalahan.
Menurut pandangan gestaltis,
semua kegiatan belajar menggunakaninsight atau pemahaman terhadap
hubungan-ubungan, terutama hubungan anatara bagian dan keseluruhan.[15]
Menurut psikologi
gestals tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi
belajar adalah meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan
ganjaran.
3. Teori-teori
pertumbuhan belajar psikologi humanistis
Pada akhir tahun
1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya
ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan
merupakan hasil penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang,
kemudian dikenal sebagai psikologi humanistic, eksestensial, perceptual,
fenomenologikal. Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut
si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observe).
Dalam dunia pendidikan,
aliran humanistic muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin
perubahan-perubahandan inovasi yang terjadi selama dua decade yang terakhir
pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
a. Tokoh-tokoh
humanistic
Ada beberapa tokoh yang
menonjol dalam aliran humanistic seperti : Combs, maslov, dan Rogers.
1) Combs
Combs dan kawan-kawan
menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba
memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku
seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu,
perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Apabila seseorang
guru mengeluh bahwa siswa nya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu,
ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan
aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif.
Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada learning, ialah :
a) Pemerolehan
informasi baru,
b) Personalisasi
informasi, ini pada individu
2) Maslov
Teori didasrkan atas
asumsi bahwa didalam diri kita ada dua hal :
a) Suatu
usaha yang positif untuk berkembang,
b) Kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing
orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah
ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, keunikan
diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kea rah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
3) Rogers
Dalam bukunya freedom
to leam, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic
yang penting, diantaranya ialah :
a) Manusia
itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
b) Belajar
yang signifikan terjadi apabila subjek master dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
c) Belajar
yang menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri
dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d) Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e) Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai
cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f) Belajar
yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g) Belajar
dipelancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung
jawab terhadap proses belajar itu.
h) Belajar
atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam.
i)
Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama
siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian
diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j)
Belajar yang
paling berguna secara sosial didalam dunia modern ini adalah belajar mengenai
proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya
kedalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
C. Ciri-Ciri
Belajar
Jika
hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan
tertentu yang di masukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
1. Perubahan yang
Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari
tejadinya perubahan itu atau sekurang kurangnya individu merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa
pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah. Jadi,
perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan
tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena
individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2. Perubahan yang
bersifat berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang di
miliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan
yang di peroleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan
berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar psikologi pendidikan
tentang “hakikat belajar”. Ketika ia mengikuti perkuliahan “strategi belajar
mengajar”, pengetahuan, sikap, dan keterampilannya tentang “hakikat belajar”
akan di lanjutkan dan dapat di manfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “strategi
belajar mengajar”.
3. Perubahan dalam
Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam
diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang
terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan
ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis,
maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapt menulis.
Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecapan menulisnya
menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya.
Disampnh itu, dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat
memperoleh kecakapan kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan
catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.
4. Perubahan dalam
Belajar Bersifat positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan perubahan itu
selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik
darisebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan,
makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat
aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan karena tingkah laku karena
proses kematangan yang terjadi dengan
sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan
tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena
dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
5. Perubahan dalam
Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang
terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,
menangis dan sebagainya tidak dapat di golongkan sebagai perubahan dalam
pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat
menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak
akan hilang, melainkan akan terus di miliki dan bahkan makin berkembang bila
terus di pergunakan atau di latih.
6. Perubahan dalam
Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi
karena ada tujuan yang akan di capai. Perubahan belajar terarah pada perubahan
tingkah laku yang benar-benar di sadari. Misalnya seseorang yang belajar
mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian,
perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang
telah di tetapkannya.
7. Perubahan
Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang di peroleh individu setelah melalui
suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika
seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah
laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan
sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka
perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan
tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman
tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan
tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus,
kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya.[16]
Menurut william Burton Ciri-ciri belajar sebagai
berikut.
1. Proses
itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan setiap mata pelajaran yang
terpusat pada suatu tujuan tertentu.
2. Pengalaman
belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
3. Pengalaman
belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong
motivasi yang kontinue.
4. Proses
belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan
hasil-hasil yang diinginkan di sesuaikan dengan kematangan murid.
5. Proses
belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan
6. Proses
belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan
membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
7. Hasil-hasil
belajar yang telah di capai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan
statis.[17]
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk
mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku,
sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu
untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan teori, Menurut Kerlinger dalam Sugiyono dan Hariyanto merupakan
sebuah konsep atau definisi yang menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu
dari sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan
cara menghubungkan berbagai variabel yang ada didalamnya.
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar
terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam
memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan
pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk
menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran sebagai berikut:
- Untuk pendidik sebaiknya lebih memahami arti penting dan teori
pokok dari belajar, agar ada pendidik dapat mendampingi serta mebimbing
secara efektif.
- Tenaga pendidik hendaknya dapat memantau serta membimbing peserta
didik selama fase belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mahmud.
2012.Psikologi pendidikan Bandung:cv
pustaka setia
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Muhibbin
Syah. 1999. Psikologi Belajar.Jakarta: Wacana Ilmu
Syaiful
Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta
Syaiful
Bahri Djamarah .2011. Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
Sugiyono dan Hariyanto.2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani.2013.Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Drs.
Agus Sujanto.1993. Psikologi Umum.Jakarta; Bumi Aksara
Drs.
M. Dalyono.Psikologi Pendidikan.Jakarta; Rineka Cipta
Prof.
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono .1970. Teori-teori psikologi social.Jakarta;
Raja Grafindo Persada
Wasty
Soemanto.Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan. Jakarta;
Rineka Cipta
[1]
Mahmud,Psikologi pendidikan,(Bandung:cv
pustaka setia,2012),h.61
[2]
Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3]
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), h. 60
[4]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta, CV Rineka
Cipta. 2002), h. 13
[5] Ibid,
h. 35
[6]
Sugiyono dan Hariyanto, Belajar
dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 27
[7]Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan
Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) h. 145
[9] Drs.
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta; Bumi Aksara, 1993) h.
115
[10] Drs.
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta) h.
30
[11] Ibid., h
34
[12] Prof.
Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta;
Raja Grafindo Persada, 1970) h. 83
[13] Op.
Cit, h.31
[14] Wasty
Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan, (Jakarta;
Rineka Cipta) h.125
[15] Ibid., h.
129
[16]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta, 2011),
h. 15-17
[17]Hamalik
Oemar, Proses Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT Bumi Aksara,2001), h.31-32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar