Sabtu, 26 November 2016

MAKALAH
PSIKOLOGI BELAJAR
Dosen Pengampu Mata Kuliyah: PROF DR. H. Muhammad Taufik




SAIFUL RIZAL  :1501010101




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM


2016/2017

KATA PENGANTAR
                                 
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Memahami Konsep Dasar Belajar” dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah(Psikologi Belajar)yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ( psikologi Belajar) dan dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah ini dianjurkan untuk dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang sejarah pendidikan islam indonesia.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Mataram, 23 Oktober 2016


Penyusun




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................... i    
DAFTAR ISI......................................................................................... ii   
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1   
A.    Latar Belakang......................................................................... 1   
B.     Rumusan Masalah.................................................................... 1
C.     Tujuan...................................................................................... 1               
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 2
A.    Pengertian Belajar............................................................  2
B.     Teori-Teori Belajar........................................................... 4
C.     Ciri-Ciri  Belajar.............................................................. 12
BAB III PENUTUP..............................................................................16
Kesimpulan........................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA                                      ………………………………………………… 17



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Melalui berbagai strategi pembelajaran dan pengembangan potensi diri, peserta didik memperoleh bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk memahami dan menyesuaikan diri terhadap fenomena dan perubahan-perubahan di lingkungan sekitar dirinya, disamping memenuhi keperluan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pembelajaran dan pengembangan potensi ini merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kompetensi sumber daya manusia dalam memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.
Pembelajaran, baik dalam konteks pendidikan di sekolah maupun pendidikan luar sekolah, pada jenjang dan dengan menggunakan pendekatan, strategi serta model apa pun harus benar-benar efektif. Pembelajaran yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan secara optimal tiga dimensi pembelajaran sebagai proses, produk dan sikap. Dimensi proses pembelajaran menuntut guru untuk melibatkan peserta didik secara aktif kedalam kegiatan-kegiatan dalam upaya memperoleh hasil belajar.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian atau konsep dari belajar?
2.      Bagaimana ciri-ciri belajar?
3.      Bagaimana Teori belajar?
C.     TUJUAN
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah agar lebih mengerti apa itu konsep,ciri-ciri,serta Teori dari belajar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, siang hari, sore hari atau pagi hari.
 Namun, dari semua itu tidak setiap orang mengetahui apa itu belajar. Seandainya dipertanyakan apa yang sedang dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah “belajar”. Itu saja titik. Sebenarnya dari kata “belajar” itulah yang perlu diketahui dan dihayati, sehingga tidak melahirkan pemahaman yang keliru mengenai masalah belajar.
Beberapa pengertian belajar dapat kita lihat sebagai berikut:
1.      Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
2.      Belajar adalah perubahan dalam kepribadian yang di manifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.
3.      Belajar adalah di perolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap baru.
4.      Belajar adalah proses munculnya atau berubahnya suatu perilaku karena adanya respons terhadap suatu situasi.
5.      Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.[1]
Belajar (Ing: to study) berasal dari kata benda dasar ajar artinya petunjuk yang diberikan kepada seseorang supaya diketahui. Dengan demikian belajar mempunyai beberapa arti yaitu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih dan berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.[2]
Biggs mendefinisikan belajar menjadi tiga macam rumusan, yaitu rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan ini kata seperti perubahan dan tingkah laku tidak lagi disebut secara eksplisit mengingat kedua istilah ini menjadi kebenaran umum yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah mereka pelajari. Ukurannya adalah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.
Adapun pengertian balajar secara kualitatif  adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dan akan dialami siswa.[3]
Menurut Syai’ful Bahri Djamarah dalam bukunya “Psikologi Belajar” pengertian belajar adalah serangkai kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotorik.[4]
Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
1.      Moh. Surya “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
2.      Bell-Gredler belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat.
3.       Witherington: “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
4.      Crow & Crow: “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
5.      Hilgard: “Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
6.      Di Vesta dan Thompson: “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
7.      Gage & Berliner: “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Belajar dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja dengan guru atau tanpa guru, dengan bantuan orang lain, atau tanpa dibantu dengan siapapun. Belajar juga diartikan sebagai usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang atau reaksi.Berbagai definisi (rumusan) tentang belajar telah dikemukakan oleh para ahli, yang semuanya sepakat bahwa belajar itu bertujuan untuk mengadakan perubahan. Jelasnya belajar dapat didefenisikan yaitu: Suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.[5]
B.     a. Teori Belajar
Menurut Kerlinger dalam Sugiyono dan Hariyanto, teori merupakan sebuah konsep atau definisi yang menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu dari sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan cara menghubungkan berbagai variabel yang ada didalamnya.[6]
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.[7]
Teori-teori belajar yang dikembangkan beberapa tokoh telah mengalami tingkat perkembangan yang sangat pesat. Masing-masing tokoh memiliki dasar dan sudut pandang yang berbeda sesui dengan latar belakang keilmuannya.Banyaknya teori belajar dan pembelajaran tersebut secara garis besar terbagi tiga kelompok besar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar humanistik. Pengelompokkan teori-teori belajar tersebut lebih menekankan perbedaan pada sudut pandang tejadinya proses belajar pada individu.[8]
Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam belajar. di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
1.      Psikologi behavioristik
2.      Psikologi kognitif
3.      Psikologi humanistik
Ketiga aliran psikologi pendidikan diatas tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang belajar, yaitu:
a.       Teori-teori belajar dari psikologi behavioristik
b.      Teori-teori belajar dari psikologi kognitif
c.       Teori-teori belajar dari psikologi humanistik
a)       Teori-teori belajar psikologi Behavioristik, kognitif, dan humanistis
1.      Teori-teori belajar psikologi behavioristik
Teori ini disebut juga dengan Teori ilmu jiwa tingkah laku dikarenakan teori ini mengamati tingkah laku seseorang, atau makhluk hidup yang menjadi objek dari pembelajaran psikologi, teori ini dilatar belakangi oleh;[9]
1.      Akibat memuncaknya perkembangan ilmu pasti alam dan industrialisasi di Amerika.
2.      Hasil penyelidikan Ivan Pavlov, seorang bangsa Rusia, tentang psikologi Refleks.
3.      Adanya dua aliran yang bertentangan di Amerika, yaitu Strukturalisme dan Functionalisme.
4.      Filsafat Fragmatisme (William James) yang populer di Amerika pula.    
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorist” atau juga disebut S-R psikologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.[10]
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) trhadap tingkah laku tersebut.
Kelemahan Teori Behavioristik, antara lain;
a)      Proses belajar itu dapat di amati secara langsung padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya.
b)       Proses belajar itu bersifat otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot. Padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang bersifat kognitif.
Proses belajar manusia yang di analogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit di terima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2.      Teori-teori belajar Psikologi Kognitif
Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kogniifis menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada “insight”terhadap hubungan-hubungan yang ada didalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus didalam lingkungan serta pada factor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.[11]
3.      Teori-teori belajar dari psikologi Humanistis
Psikologi humanistis yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu si siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu utuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalm mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
 Dari ketiga teori belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik.
b)      Perkembangan psikologi behavioristik, psikologi kognitif dan psikologi humanistis
1.      Teori-teori yang mengawali perkembangan psikologi behavioristik
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang di pelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.[12]
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike“connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi anatara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial and error learning”, individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial and error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mendasarkan teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
            Ciri-ciri belajar dengan “trial and error” yaitu :
a.       Ada motif pendorong aktivitas;
b.       Ada berbagai respon terhadap situasi;
c.       Ada eliminasi respon-respon yang gagal / salah; dan
d.       Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penelitiannya itu, Thorndike menemukan hukum-hukum yaitu :[13]
1)      Law of readiness ; jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.
2)      Law of exercise; makin banyak dipraktekkan atau digunakannya hubungan stimulus respon, makin kuat hubungan itu. Praktek perlu disertai dengan reward.
3)      Law of effect; bilamana terjadi hubungan stimulus dan respon, dan dibarengi dengan “state of affairs” yang memuaskan, maka hubungan itu menjadi lebih kuat. Bilamana hubungan dibarengi “state of affairs” yang menggangu, maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.
Sementara Thorndike mengadakan penelitiannya, di Rusia Ivan Pavlov itu (1849-1936) juga menghasilkan teori belajar yang disebut “classical conditioning” atau“stimulus substitution”.  Teori Pavlov dari percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.
John B. Watson (1878-1958) adalah orang pertama di Amerika serikat yang mengembangkan teori-teori belajar berdasarkan hasil penelitian Pavlov. Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya reflek-reflek atau respon-respon bersyarat melalui pengganti. Menurut Watson, manusia berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui conditioning. [14]
E.R. Guhtrie (1886-1959) memperluas pertemuan Watson tentang belajar. Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of association” yang berbunyi ; suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali. Dengan kata lain, jika anda mengajarkan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengajarkan hal serupa lagi.
Menurut skinner’s ia menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai factor terpenting dalam proses belajar. Skinner’s berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah laku.
Skinner’s membagi dua jenis respon dalam proses belajar, yakni :
a)      Respondents : respon yang terjadi karena stimulus khusus, misalnya Pavlov.
b)      Operants : respon yang terjadi karena situasi random
2.      Teori-teori pertumbuhan belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar “gestalt”. Psikologi gestalt yang menekankan bahasan masalah konfigurasi, stuktur dan pemetaan dalam pengalaman. Kaum Gestaltis berpendapat, bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Suatu konsep yang penting dalam psikologi gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian didalam suatu situasi didalam permasalahan.
Menurut pandangan gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakaninsight atau pemahaman terhadap hubungan-ubungan, terutama hubungan anatara bagian dan keseluruhan.[15]
Menurut psikologi gestals tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.
3.      Teori-teori pertumbuhan belajar psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-an muncullah suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler, bukan merupakan hasil penelitian dalam proses belajar. Gerakan ini berkembang, kemudian dikenal sebagai psikologi humanistic, eksestensial, perceptual, fenomenologikal. Psikologi ini berusaha memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat (observe).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistic muncul pada tahun 1960-1970-an dan mungkin perubahan-perubahandan inovasi yang terjadi selama dua decade yang terakhir pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini.
a.       Tokoh-tokoh humanistic
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistic seperti : Combs, maslov, dan Rogers.
1)         Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Apabila seseorang guru mengeluh bahwa siswa nya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada learning, ialah :
a)      Pemerolehan informasi baru,
b)       Personalisasi informasi, ini pada individu
2)      Maslov
Teori didasrkan atas asumsi bahwa didalam diri kita ada dua hal :
a)      Suatu usaha yang positif untuk berkembang,
b)       Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah keutuhan, keunikan diri, kearah berfungsinya semua kemampuan, kea rah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
3)      Rogers
Dalam bukunya freedom to leam, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistic yang penting, diantaranya ialah :
a)      Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami
b)      Belajar yang signifikan terjadi apabila subjek master dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
c)      Belajar yang menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d)     Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e)      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f)       Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan   melakukannya.
g)      Belajar dipelancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
h)      Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam.
i)        Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j)        Belajar yang paling berguna secara sosial didalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya kedalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
C.    Ciri-Ciri  Belajar
Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang di masukkan ke dalam ciri-ciri belajar.
1.      Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari tejadinya perubahan itu atau sekurang kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaanya bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori perubahan dalam pengertian belajar. Karena individu yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
2.      Perubahan yang bersifat berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang di miliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar psikologi pendidikan tentang “hakikat belajar”. Ketika ia mengikuti perkuliahan “strategi belajar mengajar”, pengetahuan, sikap, dan keterampilannya tentang “hakikat belajar” akan di lanjutkan dan dapat di manfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “strategi belajar mengajar”.
3.      Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya, jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak menulis menjadi dapt menulis.
        Perubahan itu berlangsung terus menerus hingga kecapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis dengan kapur, dan sebagainya. Disampnh itu, dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan kecakapan lain. Misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan catatan, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya.
4.      Perubahan dalam Belajar Bersifat positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik darisebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan karena tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan  sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya, perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar.
5.      Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya tidak dapat di golongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi  setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya, kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang, melainkan akan terus di miliki dan bahkan makin berkembang bila terus di pergunakan atau di latih.
6.      Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan di capai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar di sadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian, perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah di tetapkannya.
7.      Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang di peroleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.[16]

Menurut william Burton Ciri-ciri belajar sebagai berikut.
1.      Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan setiap mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu.
2.      Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.
3.      Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinue.
4.      Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan di sesuaikan dengan kematangan murid.
5.      Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan
6.      Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.
7.      Hasil-hasil belajar yang telah di capai adalah bersifat kompleks dan dapat berubah-ubah (adaptable), jadi tidak sederhana dan statis.[17]



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup; perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sedangkan teori, Menurut Kerlinger dalam Sugiyono dan Hariyanto merupakan sebuah konsep atau definisi yang menggambarkan sekaligus menjelaskan sesuatu dari sudut pandang tertentu terhadap sebuah fenomena secara sistematis dengan cara menghubungkan berbagai variabel yang ada didalamnya.
Teori belajar pada dasanya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu. Artinya teori belajar akan membantu dalam memahami bagaimana proses belajar terjadi pada seorang individu sehingga dengan pemahaman tentang teori belajar tersebut akan membantu guru untuk menyelenggarakan proses pembelajaran dengan baik, efetik, dan efisien.
B.     SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, terdapat beberapa saran sebagai berikut:
  1. Untuk pendidik sebaiknya lebih memahami arti penting dan teori pokok dari belajar, agar ada pendidik dapat mendampingi serta mebimbing secara efektif.
  2. Tenaga pendidik hendaknya dapat memantau serta membimbing peserta didik selama fase belajar.


DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mahmud. 2012.Psikologi pendidikan Bandung:cv pustaka setia
Kamus Besar Bahasa Indonesia
Muhibbin Syah. 1999. Psikologi Belajar.Jakarta: Wacana Ilmu
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta, CV Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah .2011. Psikologi Belajar.Jakarta:Rineka Cipta
Sugiyono dan Hariyanto.2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani.2013.Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Drs. Agus Sujanto.1993. Psikologi Umum.Jakarta; Bumi Aksara
Drs. M. Dalyono.Psikologi Pendidikan.Jakarta; Rineka Cipta
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono .1970. Teori-teori psikologi social.Jakarta; Raja Grafindo Persada
Wasty Soemanto.Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan.  Jakarta; Rineka Cipta












[1] Mahmud,Psikologi pendidikan,(Bandung:cv pustaka setia,2012),h.61
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1999), h. 60
[4] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar. (Jakarta, CV Rineka Cipta. 2002), h. 13
[5] Ibid, h. 35
[6] Sugiyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar,( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011) h. 27
[7]Muhammad Irham dan Novan Ardy Wiyani, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) h. 145
[8]ibid, h. 147
[9] Drs. Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta; Bumi Aksara, 1993) h. 115
[10] Drs. M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta; Rineka Cipta) h. 30

[11] Ibid., h 34
[12] Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori psikologi sosial, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 1970) h. 83
[13] Op. Cit, h.31

[14] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan landasan kerja pemimpin pendidikan,  (Jakarta; Rineka Cipta) h.125
[15] Ibid., h. 129
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:Rineka Cipta, 2011), h. 15-17
[17]Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2001), h.31-32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar