MAKALAH
“PSIKOLOGI BELAJAR”
MULTI KECERDASAN DALAM BELAJAR
Dosen Pengampu Mata Kuliyah: PROF DR. H. Muhammad Taufik

SAIFUL
RIZAL :1501010101
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
(FITK)
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Multi Kecerdasan Dalam Belajar” dengan tepat waktu. Tidak
lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa penulis
sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah(Psikologi Belajar)yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
pembuatan makalah ini, orang tua yang selalu mendukung kelancaran dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah ( psikologi Belajar) dan
dipresentasikan dalam pembelajaran di kelas. Makalah ini dianjurkan untuk
dibaca oleh semua mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan
pemahaman tentang sejarah pendidikan islam indonesia.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading yang
tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para
pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.
Mataram, 22 November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTA ........................................................................... ……………
i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ……………
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ........................................................................... ……………
1
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................... ……………
1
C.
Tujuan ......................................................................................... ……………
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan dan Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intellegences) .. 2
B. Kecerdasan
Intelektual, Emosionnal dan Spiritual dalam Belajar PAI ……...4
C. Kecerdasan
Psikomotorik dalam Belajar PAI ............................. ………….. 7
D. Makna dan pentingnya Kreativitas dalam Belajar PAI ............... ………….. 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
....................................................................................... …………..13
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Kecerdasan merupakan
salah satu faktor utama yang menentukan sukses dan gagalnya Peserta Didik
belajar di sekolah.Peserta Didik mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di
bawah normal sukar untuk diharapkan memperoleh prestasi yang tinggi. Tetapi
tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara
otomatis dia akan sukses belajar di sekolah.
B. Rumusan
Masalah
1.Apa
penertian dari Kecerdasan dan Kecerdasan Majmuk (Multiple intellegences) ?
2.Apasaja
kecerdasan yang ada di dalam belajar ?
3.Apa yang di maksud dengan kecerdasan
Psikomotorik dalam Belajar PAI ?
4.Apa Makna serta pentingnya Kreativitas dalam Belajar ?
C. Tujuan
1.Untuk
mengetahui penertian dari Kecerdasan dan Kecerdasan Majmuk (Multiple intellegences).
2.Untuk
mengetahui Apasaja kecerdasan yang ada di dalam belajar.
3.Untuk
mengetahui Apa yang di maksud dengan kecerdasan
Psikomotorik dalam Belajar PAI.
4.Untuk
mengetahui Makna serta pentingnya
Kreativitas dalam Belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
MULTI KECERDASAN DALAM BELAJAR
A. Pengertiana Kecerdasan dan Kecerdasan Majmuk
(Multiple intellegences)
a)
Pengertian
kecerdasan
Pengertian dari kecerdasan menurut Howard Gardner
adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah dan menciptakan produk yang mempunyai
nilai budaya atau suatu kumpulan kemampuan atau ketrampilan yang dapat
ditumbuhkembangkan
b)
Pengertian
Kecerdasan Majmuk (Multiple intellegences)
Intelligence atau biasa diartikan sebagai
kecerdasan adalah merupakan suatu konsep
mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum ini,
terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik.
Kemampuan-kemampuan yang spesifik ini memberikan
individu suatu kondisi yang memungkinkan
tercapainya pengetahuan, kecakapan atau keterampilan tertentu setelah melalui
suatu latihan.
Jean Piaget mendefinisikan kecerdasan adalah sesuatu
yang kamu gunakan jika kamu tidak tahu apa yang harus kamu lakukan
(intelligence is what you use when you don`t know what to do).
Kecerdasan (Intelegensia) secara umum dipahami pada
dua tingkat yakni : Kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi
yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk
memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan
(problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah.
Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan adalah
pemandu bagi kita untuk mencapai
sasaran-sasaran kita secara efektif dan efesien. Dengan kata lain, orang yang
lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapain sasaran yang lebih baik
dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang
sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas
(sedikitnya disekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari
rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.
Kecerdasan majemuk adalah sebuah teori kecerdasan
yang mengatakan bahwa kecerdasan tidak hanya terfokus pada satu sisi kecerdasan,
tetapi banyak sisi lain dari kecerdasan itu sendiri. Tokoh dari teori
kecerdasan majemuk yang paling terkenal adalah Howard Gardner dengan
teorinyamultiple intelligence.[1]
Multiple Intelligence adalah teori kecerdasan
majemuk yang dipaparkan Prof. Howard Gardner. Multiple intelligence atau
kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sebuah konsep yang menunjukkan kepada
kita bahwa potensi anak-anak kita, khususnya jika dikaitkan dengan
kecerdasan,ternyata banyak sekali. Memahami multiple intelligence bukanlah
untuk membuat anak-anak kita menjadi hebat. Namun,konsep tersebut, paling tidak
dapat membantu kita untuk memahami bahwa
anak-anak kita itu menyimpan potensi yang luar biasa. [2]
Howard Gardner, penemu sekaligus pengembang teori
ini mendefinisikan bahwa kecerdasan majemuk adalah “kumpulan kemampuan atau
kapasitas yang dimiliki seseorang untuk memahami informasi, mengumpulkan fakta
dan menyampaikan pengetahuan yang didapatnya”. Menurutnya, kecerdasan lebih
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah dan menciptakan
inovasi dalam lingkungan yang kondusif dan alamiah.(Rohmana.J.A : 2007)
Prof. Howard Gardner mendefenisikan kecerdasan
sebagai:
1. Kemampuan
memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan nyata.
2. Kemampuan
melahirkan masalah baru untuk dipecahkan.
3. Kemampuan menyiapkan atau menawarkan suatu
layanan yang bermakna dalam kehidupan kultur tertentu.
Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan memecahkan
masalah dan menciptakan produk yang bernilai budaya (anak yang bisa
menghasilkan sesuatu dan bisa dinikmati dalam kehidupan manusia). Secara umum
kecerdasan ini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam berpikir, bertindak
dan berperilaku sesuai dengan apa yang dihadapi. (Julie Erika, 2005:3)
Menurut Gardner (Meilania, 2006: 2) manusia itu,
siapa saja, kecuali cacat atau punya kelainan otak, sedikitnya memiliki 8 atau
9 kecerdasan.Kecerdasan manusia saat ini tidak hanya dapat diukur dari
kepandaiannya menguasai matematika atau menggunakan bahasa.Ada banyak
kecerdasan yang dapat diidentifikasi di dalam diri manusia.
Intelegensi/kecerdasan itu ialah faktor total,
berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan
di dalamnya (ingatan ,fantasi, perasaan, minat dan sebagainya turut
mempengaruhi seseorang). Kita hanya dapat mengetahui intelegensi dari tingkah
laku atau perbuatannyayang tampak. Intelegensinya dapat kita ketahui dengan
cara tidak langsungmelalui kelakuan intelegensinya. Dan kecerdasan yang
dimiliki oleh seseorang tidak hanya satu kecerdasan saja tetapi dengan tidak
disengaja seseorang tersebut memiliki beberapa keceradasan atau yang disebut
kecerdasan majemuk atau kecerdasan ganda.
Pengertian intelegensi
menurut beberapa ahli, adalah sebagai berikut:
1.
Intelegensi
menurut “Claparde dan Stern” adalah
kemampuan untuk menyesuaikan diri secara
mental terhadap situasi dan kondisi baru.
2.
Menurut David
Wechsler, intelligensi adalah kemapuan
untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi
lingkungannya secara efektif.
3.
K. Buhler mengatakan
bahwa intelegensi adalah perbuatan yang disertai dengan pemahaman atau
pengertian.[3]
B. Kecerdasan Intlektual, Emosional, Dan Spiritual
Dalam Belajar PAI
Kecerdasan merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar.
Sekarang ini dikenal beberapa jenis kecerdasan diantaranya kecerdasan
intelektual, kecerdasan Emosional dan kecerdasan Spiritual.
1. Kecerdasan
Intelektual (IQ)
Kecerdasan ini di temukan pada sekitar tahun 1912
oleh William Sterm. Terletak di otak bagian Cortex (kulit otak). Kecerdasan ini
adalah sebuah kecerdasan yang memberikan kita kemampuan untuk berlogika,
berhitung, beranalogi, berimajinasi dan memiliki daya kreasi dan inovasi. Para
pakar psikologi mengungkapkannya dengan What I Think?
Dan menurut Stephen R. Covey, IQ adalah kecerdasan
manusia yang berhubungan dengan mentalitas, yaitu kecerdasan untuk
menganalisis, berfikir, menentukan kausalitas, berfikir abstrak, bahasa,
visualisasi, dan memahami sesuatu. Kamampuan ini pada awalnya dipandang sebagai
penentu keberhasilan seseorang. Namun pada perkembangan terakhir IQ tidak lagi
digunakan sebagai acuan paling mendasar dalam menentukan keberhasilan manusia.
Karena membuat sempit paradigma (dalam sukidi).
2. Kecerdasan Emosional (EQ)
Kecerdasan ini mulai dikenal pada akhir abad 20.
Kecerdasan ini di otak berada pada otak bagian belakang manusia. Kecerdasan ini
memang tidak mempunyai ukuran pasti seperti IQ, namun kita bisa merasakan
kualitas keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat di
ukur dengan feeling.
Kecerdasan emosional digambarkan segabai kemampuan
untuk memahami suatu kondisi perasaan seseorang, bisa terhadap diri sendiri
ataupun orang lain, kecerdasan ini lebih tepat diungkapkan dengan What I Feel.
Banyak contah disekitar kita membuktikan bahwa orang yang memiliki gelar tinggi
belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka yang
berpendidikan formal lebih rendah, ternyata lebi berhasil di dunia pekerjaan.
EQ adalah suara hati itulah yang seharusnya di
jadikan pusat prinsip yang mampu mamberi rasa aman, pedoman, kekuatan serta
kebijaksanaan. Menurut Covey, “disinilah anda berurusan dengan visi dan nilai
anda. Di sinilah anda gunakan anugrah anda, kecerdasan diri (self awareness)
untuk memeriksa peta diri anda, dan jika anda menghargai prinsip yang benar,
maka paradigm anda sesungguhnya berdasarkan pada prinsip dan kenyataan dimana
suara hati berperan sebagai kompasnya.
3. Kecerdasan
Spiritual (SQ)
Kecerdasan ini digagas pertama kali oleh Danar Zohar
dari Harvard University dan Ian Marshall dari Oxford University. Dikatakan
banwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna
atau Value untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya.
Kecerdasan ini terletak pada satu titik yang disebut
dengan God Spot. Mulai popular pada awal abad 21. Kecerdasan ini menjawab
berbagai pertanyaan besar dalam diri manusia, kecerdasan ini mengngkapkan
tentang jati diri seseorang atau di ungkapkan dengan Who I am, siapa saya? Dan
untuk apa saya diciptakan? [4]
Selama ini banyakan anggapan bahwa IQ merupakan
tolak ukur kecerdasan seseorang . Namun demikian hanya berbekal IQ tidaklah
cukup. Ibaratnya IQ adalah kemampuan seseorang untuk mengenal dan merespon alam
semesta, tetapi belum merupakan pengetahuan untuk mengenal dan memahami diri
sendiri dan sesamanya . Diperlukan jenis kecerdasan yang berbeda untuk mengenal
dirisendiri dan sesamanya yang disebut sebagai kecerdasan Emosional ( EQ). [5]
IQ tidak menjamin seseorang mempunyai prestasi dan kehidupan yang sukses. Hal ini terjadi
pada pertengahan 1990-an, ketika Danil Goleman memperlihatkan faktor-faktor
yang terkait mengapa orang yang ber IQ sedang menjadi sangat sukses.
Faktor-faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas. Cara itu
disebut kecerdasan Emosional atau umumnya disebut dengan istilah EQ. Emotional
Quotient ini merupakan keterampilan yang mencakup kesadaran diri dan
dikendalikan dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasidiri, empati dan
kecakapan sosial.
Dengan begitu tidak terbukti sepenuhnya pandangan
mengenai orang yang berIQ pasti berhasil seperti yang diungkapkan oleh Daniel
Goleman,seorang psikolog lulusan Harvard, bahwa IQ ternyata tidak berpengaruh
pada sukses tidaknya seseorang IQ hanya menyumbang 20 % saja pada kesuksesan
sementara 80 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. EQ yang sesungguhnya amat
banyak berpengaruh pada kesuksesan seseorang termasuk keberhasilan
belajar. [6]
Penelitian-penelitian yang dilakukan para ilmuwan
telah berhasil menemukan “Q” jenis ke-3
yang memberikan gambaran utuh kecerdasan manusia yaitu Kecerdasan Spiritual
yang disingkat SQ. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dapat membuat
kita mampu menempatkan prilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya. Menurut Danar Zohar dan Ian Marshall, kecerdasan spiritual
adalah landasan yang diperlukan untuk memfusikan IQ dan EQ secara efektif.
Bahkan Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia. [7]
Kecerdasan spiritual ini bersumber dari fitrah
manusia itu sendiri kecerdasan ini membantu manusia untuk memberi makna atas
aktifitas yang dilakukan. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk
mengenal tuhannya.
Kecerdasan spiritual yang merupakan salah satu
kecerdasan yang ada dalam diri manusia sering terlupakan. Ini terbukti dengan
kurangnya penghayatan mental dan moral oleh kalangan pendidik di indonesia.
Masih banyak guru yang hanya memfokuskan pada nilai dalam bentuk angka semata,
menyebabkan pendidikan moral spiritual
pada siswa sering terbengkalai. Gejala ini terlihat dengan adanya krisis moral
yang melanda negeri ini,bahkan melanda seluruh dunia. Pendidikan nilai-nilai
seperti : integritas, kejujuran, komitmen, visi, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip
kepercayaan, sangat jarang dipelajari dan dihayati, padahal justru inilah yang
penting.
Pendidikan agama islam merupakan salah satu mata
pelajaran di lembaga pendidikan umum memiliki peranan yang sangat strategis
dalam pembentukan moral, akhlak dan etika para siswa. Pendidikan agama islam
dapat didefinisikan sebagai proses mengarahkan dan membimbing manusia pendewasaan diri yang beriman dan
berilmu pengetahuan yang saling memperkokoh dalaam perkembaangaan mencapai
titik optimal kemampuannya. Pendidikan agama Islam harus mampu berperan aktif
dalam kebutuhan para siswa.[8]
C. Kecerdasan Psikomotorik Dalam Belajar PAI
Perkataan psikomotor
berhubungan dengan kata ”motor”,” sensory-motor atau perceptual-motor.” Jadi
ranah psikomotor berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan gerak
tubuh atau bagian-bagiannya. Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Terdapat 5 tingkatan, yaitu:
1) Persepsi.
Langkah pertama dalam
melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek, sifat, atau
hubungan-ghubungan melalui alat indera.
2) Set.
Set adalah kesiapan
untk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi terhadap sesuatu kejadian
menurut cara tertentu. Ada tiga aspek set, yaitu aspek intelektuakl, aspek
fisis, dan aspek emosional.
3) Respon terbimbing.
Inilah tingkat pemulaan
dalam mengembangkan ketermpilan motoris. Yang ditekankan ialah
kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih
kompleks. Respon terbimbing aalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang
terjadi dengan bimbingan individu lain.
4) Respon mekanistis.
Pada taraf ini siswa
sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak sudah terampil melakukan suatu
perbuatan. Sudah terbentuk kebiasaan dalam dirinya untuk ber-respon sesuai
dengan jenis-jenis perangsang dan situasi yang dihadapi.
5) Respon kompleks.
Pada taraf ini individu
dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola
gerakn yang dituntut sudah kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara
efisien dan lancar, yaitu dengan menggunakan tenaga dan waktu yang sesedikit
mungkin.
Jika hasil belajar
kognitif dan hasil belajar afektif dengan materi tentang kedisiplinan menurut
ajaran Islam sebagaimana telah dikemukakan, maka wujud nyata dari hasil belajar
psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif
yaitu adalah: Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang
contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw, para
sahabat, para ulama dan lain-lain; peserta didik mencari dan membaca buku-buku,
majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas
tentang kedisiplinan. [9]
Aspek psikomotor
merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru. Perkembangan
aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:
a. Tahap kognitif
Tahap ini ditandai
dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena siswa
masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus
berpikir sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat
kesalahan dan kadang-kadang terjadi tingkat frustrasi yang tinggi.
b. Tahap asosiatif
Pada tahap ini, seorang
siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan gerakan-gerakannya.
Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan
yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini
masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu,
gerakan-gerakan pada tahap ini belum merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya
otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih menggunakan pikirannya untuk
melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk berpikir lebih
sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan karena waktu
yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-gerakannya sudah mulai tidak
kaku.
c. Tahap otonomi
Pada tahap ini, seorang
siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah
hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang
dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena siswa sudah tidak
memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap
ini, gerakan-gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya
gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk
berpikir tentang gerakannya.
Perkembangan fisik yang
normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun ketrampilan. Oleh karena itu, perkembangan
psikomotor sangat menunjang keberhasilan perserta didik. Pada masa usia SMP perkembangan
psikomotor ini pada umumnya sudah dicapainya dan untuk selanjutnya
dikembangkannya.
Pertumbuhan fisik,
terutama organ-organ seksual, memengaruhi berkembangnya emosi atau
perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti
perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan
jenis. Pada usia SMP (remaja awal) perkembangan emosi anak menunjukkan sifat
yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau
situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah
tersinggung/marah, atau mudah sedih). Oleh karena itu, mencapai kematangan
emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya,
terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Dalam hubungan
persahabatan, anak remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang
relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan
kepribadian. Pada masa ini berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungtan
untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran
(hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya) perkembangan konformitas pada
remaja dapat memberikan dampak yang positif maupun yang negatif bagi dirinya.
Jika temannya menampilkan sikap dan perilaku yang agamis seperti taat
beribadah, berakhlak yang mulia, dan aktif dalam kegiatan sosial, maka
kemungikinan besar remaja tersebut akan berpenampilan baik seperti temannya.
Sebaliknya, jika temannya berpenampilan tidak baik, dia pun akan seperti
temannya tersebut.
Di sinilah peran PAI
dan guru PAI dalam rangka mengantarkan anak untuk menata perkembangan emosinya
dengan baik sehingga dia memiliki sikap dan perilaku yang religius seperti yang
dikemukakan di atas. Materi PAI diharapkan dapat memberi pemahaman dan
pengamalan (perilaku) keagamaan anak sehingga ketika memasuki masa mukallaf
(baligh/dewasa) anak sudah siap dan tidak lagi mulai belajar menapakinya,
tetapi sudah memasukinya dengan bekal pemahaman dan perilaku keagamaan yang
baik.[10]
D.
Makna
Dan Pentingnya Kreativitas Dalam Belajar PAI
a. Pengertian Kreativitas
Kreativitas
merupakan hasil dari fikiran yang kreatif. Kreativitas sering di artikan
sebagai kemampuan untuk menghailkan atau menciptakan sesuatu yang baru.
Menurut Ibrahim Muhammad mengisyaratkan bahwa
kreativitas mencakup tiga unsur yaitu keahlian, baru, dan bernilai. Maksudnya
adalah keahlian dalam memunculkan sesuatu yang baru yang memiliki nilai dan
manfaat.[11]
Menurut Cee Wijaya, kreativitas adalah
kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru
maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal
yang sudah ada.[12]
Bila konsep ini di kaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan
mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil
( asli ciptaan sendiri ), atau dapat juga merupakan modifikasi dari berbagai
strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.
b.
Pentingnya kreativitas Dalam Pembelajaran PAI
Kreativitas dalam pembelajaran PAI tentu
sangat penting yang di mana Menurut Faisal Abdullah menyatakan bahwa belajar
kreatif dapat menimbulkan terciptanya ide-ide baru, cara-cara baru, dan
hasil-hasil yang baru.
Bagi
seorang guru yang kreatif selalu menampilkan sesuatu yang baru dalam
mendidik peserta didiknya, sehingga peserta didik tidak bosan dengan apa yang
di sampaikan oleh guru, dan mereka tergerak untuk belajar sesuatu yang baru.
Maka
peran guru disini adalah memberikan nasihat, membatasi dan memberikan filter terhadap setiap kemajuan
teknologi informasi kepada peserta didik, tanpa memberikan pengaruh yang buruk
terhadap perkembangan peserta didik.
Hal ini sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas
Tahun 2003 pasal 3 bahwa:
“Pendidkan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didiknya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab” .[13]
Hal ini di dukung oleh Usman yang menyatakan
bahwa, pendidikan adalah keahlian dasar
yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya
tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan terlihat dari upaya yang dilakukan
dalam mengembangkan pendidikannya.[14]
Makmur Asmani menyatakan bahwa seorang guru di harapkan mampu membentuk
kepribadian, karakter, moralitas, dan kapabilitas intelektual.
Hal
yang sama di ungkapkan Yasmin dan Ansari yang menyatakan bahwa guru memiliki
peran yang sangat berat dan penting karena guru harus bertanggung jawab atas
terbentuknya moral peserta didik yang telah di amanahkan para orang tua atau
wali untuk menciptakan peserta didiknya menjadi terdidik, terbimbing, dan
terlatih jasmani dan rohaninya.
Berbicara tentang dunia pendidikan, maka kita
bisa mengetahui bahwa Guru memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan
peserta didik yang cakap, tidak hanya dalam Ilmu pengetahuan saja tetapi
menciptakan peserta didik yang religius.
Kreativitas
juga diartikan sebagai potensi asal manusia, sehingga merupakan tugas utama
bagi seorang pendidik atau guru untuk selalu mengembangkan pontensi asal yang
sudah ada pada dirinya. Hal ini seperti yang tercantum dalam QS. Al-An’am ayat
135 sebagai berikut:
ö@è% ÉQöqs)»t (#qè=yJôã$# 4n?tã öNà6ÏGtR%s3tB ÎoTÎ) ×@ÏB$tã ( t$öq|¡sù cqßJn=÷ès? `tB Ücqä3s? ¼çms9 èpt7É)»tã Í#¤$!$# 3 ¼çm¯RÎ) w ßxÎ=øÿã cqßJÎ=»©à9$# ÇÊÌÎÈ
Artinya:
Katakanlah:
"Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat
(pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan
memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapatkan keberuntungan. ( QS. Al-An’am :135)”[15]
Guru yang kreatif mengandung pengertian
ganda, yakni guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan
dalam proses belajar mengajar dan juga guru yang senang melakukan
kegiatan-kegiatan kreatif dalam hidupnya.
Kreativitas
bagi seorang guru khususnya guru pendidikan Agama Islam (PAI) sangat penting
dan di butuhkan guna menemukan cara-cara baru, terutama di dalam menanamkan
nilai-nilai ajaran agama Islam pada diri peserta didik. Guru yang mempunyai
kreativitas tinggi akan mampu memberikan motivasi belajar kepada anak didiknya.
Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa. Dengan adanya motivasi dan keaktifan belajar siswa maka tujuan
pembelajaran pendidikan agama Islam akan mudah di capai.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menciptakan produk yang mempunyai nilai budaya atau suatu kumpulan
kemampuan atau ketrampilan yang dapat ditumbuhkembangkan. Kecerdasan
(Intelegensia) secara umum dipahami pada dua tingkat yakni :Kecerdasan sebagai
suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun
bertambah.
Kecerdasan sendiri merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar dan Sekarang
ini dikenal beberapa jenis kecerdasan diantaranya kecerdasan intelektual,
kecerdasan Emosional dan kecerdasan Spiritual.
[1] http://coretanpena-eisns-staimifda-sbg.blogspot.co.id/2014/12/kecerdasan-majemuk-definisi-tujuan.html
[2] http://dian-fajriyah.blogspot.co.id/
[3] http://coretanpena-eisns-staimifda-sbg.blogspot.co.id/2014/12/kecerdasan-majemuk-definisi-tujuan.html
[4] https://tekpenikip.wordpress.com/2013/06/04/pentingnya-3-kecerdasan-dalam-pendidikan/
[5] Suharsono,
Melejitkan IQ, IE dan IS. Depok. Insani Press. 2000. h. 16
[6] Daniel
Z.Goleman, Emotional Intelligence,
Terjemahan T. Hermaya, Jakarta. PT. Grameedia Pustaka Utama, 2001, h.44
[7] Suharsono,
Op.Cit. h. 19
[8] Ary
Ginanjar A, ESQ-Rahasia Suksees Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
Jakarta, Penerbit Arga, 2001. h. 40
[9] Arikunto,
Suharsimi. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Cet. V. (Jakarta: Bina Aksara,
1989).hal. 53
[10] http://jamal-alfath.blogspot.co.id/2011/10/hubungan-materi-pendidikan-agama-islam.html
[11]
Ibrahim Muhammad, Menumbuhkan Kreativitas
Anak. (Jakarta: Cendikia, 2005),h.21.
[12]
Cece Wijaya, dkk. Kemampuan Dasar Guru
Dalam Proses Belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994), h.
191.
[13]
Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang
SISDIKNAS Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 6.
[14]
Rusman, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012),
h.93.
[15]
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahannya. (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 145.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar